Suara Lamaholot - Pemerintah Kabupaten Lembata menggelar rapat penting terkait pengawasan lalu lintas ternak dan distribusi daging di wilayahnya, dengan melibatkan organisasi peternak lokal Permata dan pihak Pelni Mart, Rabu 11 Juni 2025.
Rapat ini menjadi titik awal evaluasi serius terhadap ketimpangan pasar yang dinilai semakin merugikan pelaku usaha lokal.
Rapat yang diselenggarakan di Ruang Rapat Bupati Lembata tersebut diikuti secara langsung oleh Bupati Lembata P. Kanisius Tuaq serta Wakil Bupati H. Muhammad Nasir.
Di samping Bupati dan Wakil Bupati, turut hadir pula Sekretaris Daerah Paskalis Ola Tapo, Asisten II Sekda, beberapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), wakil-wakil TNI/Polri, mewakili Sabandar, representatif dari Kantor Karantina Kesehatan Labuan Bajo yang beroperasional di wilayah Lembata, peserta dari Permata, delegasi Pelni Cabang Lembata, serta ketua TKBM Pelabuhan Laut Lewoleba.
Dalam sapaan pembukanya, Wakil Bupati Muhamad Nasir menyoroti pentingnya daya saing ekonomi lokal yang berkelanjutan. Ia menyatakan bahwa ketergantungan terhadap suplai pangan terutama daging beku dari luar daerah harus dikurangi secara bertahap.
“Pemerintah daerah wajib memberikan proteksi terhadap masyarakat dan pelaku usaha lokal dari dominasi dan praktik monopoli usaha oleh pihak luar karena faktor harga yang lebih murah,” tegas Nasir.
Dia juga menyebutkan bahwa bantuan dari pemerintah harus difokuskan pada pengentasan akar masalah ekonomi lokal, sehingga tidak menciptakan ruang bagi barang impor yang bisa menghancurkan bisnis mikro dan kecil di Lembata.
Sejalan dengan hal tersebut, Bupati Kanisius Tuaq menggarisbawahi kebutuhan untuk mematuhi aturan setempat dan melindungi para pebisnis lokal. Dia menjelaskan bahwa arus dana harus dipertahankan di Lembata supaya dapat mendorong perkembangan ekonomi dari dalam negeri.
"Kepentingan persaingan yang adil tidak mengartikan bahwa kita biarkan bisnis dalam negeri hilang. Yang perlu dilakukan adalah menyeimbangkan antara pembukaan dengan dukungan kepada komunitas setempat," ungkap Bupati Kanis.
Dalam rapat tersebut, perwakilan dari Permata mengungkapkan keresahan para peternak ayam lokal. Sejak kehadiran Pelni Mart, harga ayam potong mengalami tekanan serius karena adanya selisih yang terlalu jauh dengan harga ayam beku yang didatangkan dari luar.
“Kami sudah lama membudidayakan ayam potong di Lembata. Namun, kini kami kesulitan bersaing karena ayam beku dari Pelni Mart dijual dengan harga jauh lebih murah. Kami minta agar selisih harga tidak terlalu jauh agar usaha kami tetap bisa berjalan,” ujar salah satu pengurus Permata.
Kondisi menjadi semakin rumit setelah ditemukan bahwa ada sekitar 4 ton ayam beku yang lagi-lagi mengarah ke Lembata melewati Pelabuhan Laut Lewolea.
Kedatangan produk itu dianggap memperparah situasi penjualan ayam lokal, sebab kemampuan pembelian orang-orang dengan cepat bergeser ke barang impor yang harganya lebih terjangkau walaupun berasal dari luar kawasan setempat.
Rapat tersebut memberikan dorongan besar agar cepat menyusun peraturan khusus yang menangani arus ternak dan penyebaran daging di Lembata.
Setiap kelompok setuju tentang pentingnya mengambil tindakan kolektif yang bukan saja melindungi kelangsungan bisnis dalam negeri, tapi juga menjaga pendistribusian sumber daya makanan agar lebih merata dan stabil dari segi finansial.
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Lembata bertekad merumuskan peraturan yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan di wilayah tersebut, termasuk para pebisnis setempat.
Semoga harapan ini terwujud, Lembata bukan hanya akan menjadi tempat untuk menjual barang-barang dari luar, tetapi juga harus mampu memproduksi sendiri serta memiliki kemandirian ekonomi. ***