Kiamat Diplomasi

Pakistan, 23 Juni -- Tidak lama setelah Presiden Donald Trump mendorong untuk mencapai solusi damai terkait program nuklir Iran dengan tenggat waktu dua minggu miliknya, kini Trump sama sekali berubah menjadi pengumuman bahwa demi Israel, dia telah mengebom situs-situs nuklir Iran. Perpindahan dari pembicaraan ke serangan udara seharusnya tidak mengejutkan dunia karena mereka tahu bahwa tangan Trump terikat ketika berhadapan dengan rezim genosida Israel.

Di tengah konflik mematikan ini, terjadi sesuatu yang bahkan lebih (anehnya) mengejutkan: pemerintah Pakistan menominasikan Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian. Ya, seorang pria yang baru saja melakukan serangan bom di negara berdaulat, kini dipuji sebagai penengah perdamaian. Dunia memang membingungkan, tidak diragukan lagi.

Keputusan Trump untuk menggempur Iran mungkin telah memenangkan pujian dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, tetapi hal itu telah menimbulkan pertanyaan serius tentang tujuan sebenarnya di balik perang ini. Netanyahu, seperti yang dikatakan oleh mantan Presiden AS Bill Clinton, sedang menghadapi tuduhan korupsi di tanah airnya dan perang untuk mengalihkan tekanan domestik dan dunia. Sementara dunia semua fokus pada Iran, Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Palestina di Gaza ketika mereka berkumpul untuk mengumpulkan makanan.

Media Barat sibuk membela serangan tersebut, menyebutnya sebagai pukulan terhadap rencana nuklir Iran. Tapi mari kita tidak lupa: negara satu-satunya di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir adalah Israel, bukan Iran. Dan berbeda dengan Iran, Israel belum pernah menandatangani Perjanjian Penghapusan Senjata Nuklir atau mengizinkan inspektur PBB masuk ke fasilitas mereka. Program nuklir Iran, ironisnya, dimulai oleh Shah, diktator yang didukung AS hingga ia digulingkan pada tahun 1979. Jadi, sejarah berputar penuh lingkaran.

Pertanyaan yang lebih besar adalah: siapa yang menguntungkan dari kekacauan ini? Jawabannya jelas: pedagang senjata dan pengusaha perang (baca: Amerika). Selama bom terus jatuh, bisnis mereka akan terus berkembang.

Dan bagaimana dengan perdamaian? Dukungan Pakistan untuk nominasi Trump untuk Nobel sekarang tampak tidak hanya aneh tetapi sangat mengkhawatirkan. Pemerintah harus memberikan penjelasan tentang hal ini. *

Lebih baru Lebih lama