Krisis Etika: Pelecehan Seksual Semakin Marak di Garut

KORAN-PIKIRAN RAKYAT Mahasiswa dari Kabupaten Garut meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut agar dengan cepat mengeluarkan status tanggap darurat khusus moral dan pendidikan. Permohonan ini diajukan sebagai respons atas peningkatannya jumlah insiden pelecehan seksual terhadap anak-anak dibawah usia dewasa, dimana beberapa pelaku adalah pihak pengajar atau bahkan tokoh berpengaruh dalam agama.


Ketua Cabang PMII Garut, M Ihsan Qomarul Hidayat, menjelaskan bahwa situasi etika dan budi pekerti masyarakat, terlebih di sektor pendidikan, semakin memprihatinkan. Meskipun demikian, dia merasakan adanya ketidakpedulian dari Pemerintah Kabupaten Garut dalam menghadapi masalah tersebut.

"Target kita adalah meminta kepada bupati untuk mengumumkan status darurat moral dan pendidikan supaya dapat dilakukan tindakan yang lebih sungguh-sungguh terhadap kasus-kasus perundungan pada anak-anak di bawah umur yang kini semakin meningkat," jelas Ihsan, senin tanggal 16 juni 2025.

Dia menekankan bahwa performa Bupati dan Wakil Bupati Garut dirasanya masih kurang terlihat dalam memberikan keputusan nyata selama seratus hari pertamanya memimpin. Menurut evaluasinya, tak ada tindakan berarti untuk menghadapi masalah seperti bullying, kekerasan antar pelajar, atau pelecehan seksual di sekitar area sekolah.

Menurut Ihsan, pada masa kini tingkat moral kita semakin menurun. Tindakan kekerasan oleh siswa serta pelecehan seksual merupakan bukti konkret bahwa Garut tengah mengalami situasi emergency moral yang serius dan membutuhkan tindakan tegas dari pemerintah.

PMII Garut, menurut Ihsan, kini sedang memberikan bantuan kepada beberapa korban pelecehan seksual, termasuk kasus di mana guru merampasi murid mereka sendiri. Sayangnya, lanjarnya, banyak dari para pelaku tersebut adalah guru agama.

" Kami tengah mendukung siswa serta alumni yang menjadi korban pelecehan seksual dari guru mereka sendiri. Hal ini sungguh menyedihkan," katanya.

Ihsan mengatakan, menurut laporan yang diterima PMII, kebanyakan kasus tersebut sudah terjadi untuk waktu yang cukup lama. Sejumlah korban hanya berani bersuara setelah mereka lulus dari sekolah.

Pembiaran

Semakin memprihatinkan, lanjutnya, perilaku buruk tersebut ternyata sudah diketahui oleh para rekan sejawat guru. Akan tetapi, tak ada upaya untuk mengatasinya. Hal ini menandai adanya kelalaian berkelanjutan yang sama sekali tidak dapat diterima.

Ihsan menjelaskan bahwa selain pelecehan seksual, PMII juga menemukan ada hubungan yang tidak pantas antara sesama guru yang sudah dikenal oleh koleganya. Namun, hal tersebut sekali lagi tak mendapatkan penanganan yang tepat. Ini menjadi bukti konkret tentang adanya masalah etika dalam institusi pendidikan di Garut.

”Ini apa jika tidak disebut krisis etika moral? Ini tentu saja merupakan tanda bahaya yang harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari semua pihak, termasuk pemerintahan," katanya.

Sampai paruh pertama tahun 2025, berbagai insiden pelecehan seksual terhadap anak-anak masih sering ditemukan di Kabupaten Garut. Di daerah Kecamatan Tarogong Kaler, seorang gadis cilik jadi mangsa hasrat tak senonoh dari ayah kandungnya serta paman sendirinya.

Insiden pelecehan seksual pada anak pun turut terjadi, yang mana pelaku adalah seorang guru terhadap salah satu muridnya. Peristiwa tersebut berlangsung di area pemandian dari sebuah kolam renang di daerah Cipanas Tarogong ketika si anak sedang mengikuti latihan berenang.

Masyarakat kembali heboh karena adanya dugaan tindakan kekerasan seksual oleh seorang pengurus masjid dan guru mengaji kepada lima belas orang anak dibawah umur di daerah Kecamatan Cikajang. Sebelum proses hukum atas insiden itu berakhir, saat ini telah timbul kasus mirip yang disinyalir melibatkan seorang pegawai pendidikan terkait beberapa muridnya dari sebuah Sekolah Menengah Pertama. Kasus baru-baru ini sedang ditangani pihak kepolisian.

Lebih baru Lebih lama