Mengenal Tanda-tanda Teman "Toxic Positif" di Samping: Cara Mendeteksinya

MEDIA PEMALANG - Persahabatan merupakan jenis interaksi sosial yang dapat menjadi penyumbang kegembiraan, dukungan emosi, serta motivasi untuk menikmati setiap harinya. Akan tetapi, tak seluruhnya ikatan persahabatan membawa pengaruh positif. Terkadang, meski nampak harmonis di permukaannya, ada beberapa hubungan sahabat yang tanpa disadari membebani pikiran dan hati kita. Situasi ini kerap dikenali dengan istilah pertemanan toxically positive, yakni relasi yang kelihatannya penuh kasih sayang dan mendukung namun ternyata memiliki dinamika negatif yang bertahap merusak kesejahteraan jiwa Anda.
Toxic secara positif sebenarnya sulit untuk diidentifikasi karena biasanya disampaikan melalui ungkapan-ungkapan penyemangat, keprihatinan semu, atau dukungan yang kelihatannya mendukung. Orang mungkin tak menyadarinya tetapi dapat merasa jebakan dalam situasi demikian hanya karena interaksi persahabatan mereka tidak mencolok atau langsung agresif. Karena penampakannya yang lembut serta nampak baik-baik saja, banyak orang pada akhirnya baru paham setelah waktu cukup lama telah bergeser bahwa dirinya selalu hidup dalam iklim pergaulan yang melemahkan tenaga.


Apakah itu Toxic Positif dalam Hubungan Persahabatan?
Sederhananya, toxic positivity merupakan versi racun emosional yang disampaikan melalui sikap dan kata-kata yang kelihatannya baik-baik saja. Di lingkungan persahabatan, hal itu dapat timbul sebagai tekanan untuk senantiasa bersenang-senang, menyembunyikan perasaan buruk, atau tak mengizinkan diri sendiri merasakan kesedihan dan kelelahan.
Ungkapan-ungkapan semacam "Anda perlu selalu tegar," "Ada banyak orang yang mengalami penderitaan lebih besar," atau "Jangan hanya merengek, mari berterima kasih saja" kelihatannya positif, namun pada kenyataannya justru mengecilkan emosi yang sebaiknya diekspresikan dengan bebas.
Hubungan semacam itu menyebabkan orang merasa bersalah ketika memperlihatkan rasa sedih, merasa malu sewaktu kelelahan, serta dipaksa untuk tampak gembira meski di dalam hati bergejolak. Secara bertahap, hal tersebut dapat menghabiskan energi psikis akibat perasaan yang tak kunjung diterima pengakuan dan emosi negatif yang tiada hentinya tertahan tanpa penanganan yang tepat.

Karakteristik Persahabatan yang Beracun secara Positif

Berikut beberapa cara mengetahui hubungan toxic positively dalam pertemanan yang bisa dikenali dari pola interaksi sehari-hari:

1. Terus Ditekan untuk Tetap Optimis tanpa Memiliki Tempat bagi Perasaan Negatif

Saat menghadapi suatu kesulitan, orang malahan sering diberitahu untuk cepat "bergerak" dan "tidak bereaksi berlebihan". Ini bisa membuat individu merasa tak layak memiliki rasa sedih atau frustasi, meskipun perasaan negatif merupakan hal yang wajar dalam hidup manusia.

2. Emosi Divalidasi Secara Beracun Menggunakan Kata-Kata Positif Tidak Sincere

Ucapan-ucapan semacam "Segalanya akan baik-baik saja" atau "Kau pikir terlalu banyak" kelihatannya menenangkan, namun apabila disampaikan berulang-ulang tanpa memahami emosi sesungguhnya, malahan bisa jadi bentuk penolakan yang disembunyikan.

3. Tidak Diizinkan Untuk Menunjukkan Asli Saya Saat Sedih Berlebihan

Pada persahabatan yang positif, individu dapat menunjukkan dirinya secara jujur, entah saat merasa bahagia atau sedih. Namun, dalam ikatan beracun seperti itu, biasanya cuma aspek "kegembiraan" saja yang disambut, sementara bagian lemahnya dipandang sebagai keterbatasan dan sesuatu yang memalukan untuk ditampilkan.

4. Dukungan Terbatas pada Saat Positif dan Produktif

Ketika bersemangat dan penuh kegiatan, bantuan tersebut tampak sangat memukau. Namun, saat merasakan penurunan stamina atau kurang bergairah untuk bertemu orang lain, mereka yang sebelumnya dekat malah menjaga jarak atau bahkan memberikan kritik. Hal ini mencerminkan bentuk dukungan yang sifatnya manipulatif.

5. Menghadapi Tekanan Tak Terlihat untuk Selalu 'Sukses'

Dalam persahabatan yang dipengaruhi oleh sikap positif beracun, biasanya timbul dorongan untuk senantiasa tampil sebagai orang yang berhasil dan gembira. Saat menghadapi kegagalan atau hanya sekadar ingin istirahat, rasa bersalah malahan bertambah kuat karena merasa belum mencapai harapan sahabat-sahabatnya.

Kenapa Perlu Berhati-hati dengan Toxic Positivity?

Toksin dengan dampak positif tersebut sungguh amat berbahaya lantaran bersifat merusak tanpa diketahui. Hubungan semacam itu dapat menyebabkan keruntuhan rasa percaya diri, meningkatkan tekanan, serta menjadikan individu selalu merasa kurang. Sering kali orang merasakan kesepian akibat ketidakhadiran tempat di mana mereka bisa berekspresi sesuai perasaannya.
Hubungan yang baik haruslah mengizinkan adanya momen tawa, tangisan, rasa kecewa, bahkan kemarahan. Jika hanya satu aspek emosional saja yang diakui, maka tidak bisa disebut sebagai persahabatan penuh. Berhati-hati dengan indikasi-indikasi dari perilaku negatif dapat menjadi langkah vital dalam menjaga kesejahteraan mental serta menciptakan ikatan sosial yang lebih stabil.

Tindakan Tepat Saat Berada di Tengah-tengah Persahabatan yang Buruk Positively

Apabila Anda mulai merasakan ketidaknyamanan, tindakan awalnya adalah dengan menyadari dan menerima fakta bahwa hubungan itu memiliki dampak yang buruk. Jangan merasa bersalah bila mau menjaga jarak atau memberikan batasan tertentu. Komunikasikan hal ini secara langsung apabila situasi mendukung, dan utamakan kesejahteraan mental diri Anda lebih dulu.
Menciptakan ikatan baru dengan individu yang dapat menghargai dan merespons emosi sepenuhnya bisa jadi solusi untuk menyembuhkan diri setelah menjalani persahabatan yang membuat lelah. Cari komunitas yang menawarkandukungan penuh dengan rasa simpati, bukan hanya kata-kata bijak yang nampak optimistis tetapi hampa dalam hal perasaan.
Memahami bagaimana mengidentifikasi persahabatan beracun dengan sikap positif merupakan tahap awal untuk melepaskan diri dari ikatan emosional yang negatif. Sejatinya, persahabatan harus mendukung perkembangan individu, bukan menciptakan beban psikologis terselubung. Dengan kesadaran yang lebih baik tentang gejalanya, kita dapat menjalin relasi yang transparan, membantu satu sama lain, serta memiliki dampak positif bagi kesejahteraan mental masing-masing.

***

Lebih baru Lebih lama