
Bukan hanya menyerang, Israel juga sudah menerapkan blokade atas bantuan kemanusiaan sejak tanggal 2 Maret 2025. Di awal bulan Juni ini, Israel memberikan izin untuk beberapa truk pengiriman bantuan masuk ke wilayah itu, namun jumlahnya sangat kurang dan masih di bawah apa yang diperlukan.
Sebenarnya, truk-truk yang membawa bantuan dari beberapa negara dan lembaga global sudah mengantri di berbagai perbatasan. Israel pun telah dituduh berkali-kali karena memakai blokade sebagai alat dalam operasi genosida di Gaza.
Mengenai situasi sulit di Gaza, Perdana Menteri Palestina, Mohammed Mustafa, mengekspresikan kesedihan yang dalam terhadap laporan-laporan yang menggambarkan kerusakan parah di sejumlah wilayah Jalur Gaza.
Beberapa area di Gaza termasuk Rafah, Jabalia, Beit Lahia, Beit Hanoun, bagian timur kota Gaza, serta sekitar Khan Yunis terkena kerusakan besar-besaran. Infrastrukturnya sudah hancur oleh serangan Israel.
Dia menyatakan bahwa masalah di wilayah itu tak dapat terselesaikan tanpa pengakuan terhadap hak-hak dasar warga Palestina. Konferensi Perdamaian Global, yang sebelumnya direncanakan diadakan di New York, adalah jalur yang tepat untuk menciptakan keberadaan negara Palestina.
"Seperti yang diperintahkan oleh Presiden Mahmoud Abbas, beberapa usaha terus menerus dan partisipasi dalam diplomasi dengan mitra-mitra internasional sedang dijalankan guna membantu agar konferensi dapat segera diprakarsai," ucapnya menurut laporan dari agen berita Palestina, WAFA.
Dia mengatakan bahwa pemerintah Palestina tetap bertekad untuk mencegah penyebaran kekerasan serta memulihkan hak warga negara Palestina. Usaha diplomasi dan politik bakal dipertahankan secara kontinu.
Tekanan untuk Israel
Situasi sulit yang sedang dihadapi penduduk Palestina di Gaza kini mendapat perhatian global. Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Turk, mengkritik taktik pertempuran yang diterapkan Israel di wilayah tersebut.
Dia menyebutkan bahwa penderitaan yang dirasakan penduduk Gaza merupakan sesuatu yang menakutkan dan tak bisa ditoleransi. Ia juga mencela berbagai pemerintah global terkait kondisi di Gaza.
"Kenyataan itu sudah cukup jelas. Setiap individu dalam pemerintah harus mengerti situasi yang terjadi di Gaza," ujarnya.
Dia tegaskan agar seluruh pihak dengan dampak signifikan dan kekuatan besar diberi tanggung jawab untuk melakukan tekanan pada Israel. Tekanan ini diharapkan dapat berakhirnya derita penduduk Gaza.
“Izrael sudah menggunakan makanan sebagai alat perang dan menahan bantuan kemanusiaan. Saya menyerukan agar dilakukan investigasi cepat dan adil atas pengeboman fatal terhadap warga sipil yang putus harapan saat mereka berusaha mencapai lokasi pembagian makanan. Rhetorikanya sangat mengganggut dan tak berperikemanusiaan oleh para petinggi pemerintah Izrail ini membuat kita ingat akan tindakan-tindakan jahat yang sungguh parah," katanya.
"Hanyalah gencatan senjata sementara yang menuju ke arah solusi dua negara, di mana Gaza menjadi bagian tak terpisahkan dari Negara Palestina, yang bisa memberikan kedamaian jangka panjang," katanya. ***