Nyelebik! Gubernur Dedi Mulyadi Sindir Kepala Desa: "Otakmu Hanya Dipenuhi Dana Desa"

LIBURAN Mei 2025 - Di luar sebagai pemimpin utama dalam urusan pemerintah setempat, posisi ketua desa pun jadi dambaan bagi sang raja-raka lokal di wilayah tersebut. Tidak sedikit individu yang bersedia bertarung untuk mencapai jabatan ini sebagai kepala desa.

Di sejumlah daerah, jabatan ketua desa atau kades sering disebut juga sebagai posisi yang "berair". Meskipun berstatus sebagai pegawai publik tingkat desa, ironisnya, banyak kepala desa yang kurang menunjukkan sikap sebagai pelindung dan pemimpin desa yang semestinya menjadi layanan untuk warganya.

Tidak mengherankan, ketika memberikan sambutan dalam rangkaian pelantikan DPD Apdesi untuk periode 2025 di Jawa Barat, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi juga ikut mengkritik kepala desa di daerah tersebut. Dia sempat membahas tentang kekurangan yang dimiliki oleh para pemimpin di tingkat desa.

"Kelemahan apa yang dimiliki oleh ketua desa saat ini? Jujurlah mengatakan, sekarang ketua desa lebih berperan sebagai pakar administratif," terungkap Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa ketua desa kini lebih banyak berperan sebagai petugas administrasi daripada posisi lainnya, hal ini tidak terjadi begitu saja. Ia menerangkan kepada semua pengurus serta anggota Apdesi di Jabar, Gubernur Jawa Barat memberikan alasannya atas pernyataan tersebut.

Sudah sulit bagi saya untuk mengenali perbedaan antara kepala desa dan pegawainya. Mengapa begitu? Karena dalam pikirannya mereka hanya memiliki satu identitas saja. iyeu dana desa, Pasanehan anjeun ngeunaan cara ngagép administrasi tetapi teu aya hasilna. Apa éta ana hal séjén nu butuh ditéhapan? ," katanya berbahasa Sunda.

Melansir Radar Bogor (Grup LIBURAN Mei 2025) , Dedi Mulyadi menganggap perlu untuk segera memperbaiki kondisi itu. Dia menyatakan, "Perginya kedua ketua desa ini merupakan hilangnya karakter." culture , watak budaya, watak pemimpin lingkungan, kehilangan hubungan dengan masa lalunya kepala desa," tuturnya.

Bukan hanya itu saja, menurut Dedi Mulyadi, sang kepala desa pun telah kehilangan koneksi dengannya. leuweung haramkanlah dan putuskan tautan dengan sumber airnya." Karena ikatan tersebut telah terputus, muncullah kepala desa yang resah," tambahnya.

Dedi Mulyadi mengatakan bahwa rasa cemas itu disebabkan oleh lingkungan yang tak dapat menerimanya. "Cemas tentang apa? Uang sudah mencukupi, kendaraan pun berlimpah, tetapi masih merasa resah. Hal ini dikarenakan sekitar mereka enggan untuk menerima, sehingga membuat hidup tanpa adanya kenyamanan serta kedamaian," jelasnya tegas.

Lebih baru Lebih lama