
- Apakah seekor anjing yang mengepakkan ekornya dan menyapumu dengan lidahnya memang mencintaimu? Kalau sebelumnya kamu sudah berpikir begitu, ilmu pengetahuan kini memiliki bukti solid yang bakal membantumu lebih yakin—anjing sungguh-sungguh merasakan cinta terhadap manusia. Lebih dari sekedar keinginan untuk diberi makan.
Anjing sudah sejak lama dianggap sebagai teman setia bagi manusia. Mulai dari cerita anjing-heroic yang membebaskan majikan mereka dari bahaya sampai dengan menjaga majikan tersebut ketika dalam keadaan sakit, banyak orang bertanya-tanya: Apakah perbuatan mereka ini disebabkan oleh rasa cinta, ataukah semata-mata karena kita menjadi sumber pangan untuk mereka?
Meskipun demikian, berdasarkan beberapa penelitian serta pandangan pakar, hasilnya agak membingungkan—anjing kemungkinan besar mengasihani kita melebihi ketertarikan pada makanan.
"Saya sangat percaya bahwa seekor anjing kami menyayangi kami. Saya tidak memiliki sedikit pun keraguan tentang hal ini," ungkap Clive Wynne, seorang professor ilmu perilaku hewan dari Universitas Negara Bagian Arizona serta penjabat kepala Laboratorium Kerjasama Ilmiah Anjing.
Penelitian tentang Ilmu Saraf: Otak Anjing Mengindikasikan Kecintaan
Gregory Berns, seorang neurolog dari Emory University di Georgia, mulai tertarik untuk memahami perasaan anjing setelah kematian anjing kesayangannya, Newton. Ia kemudian melatih anjingnya yang lain, Callie, untuk masuk ke dalam mesin MRI dan mempelajari aktivitas otaknya.
Pada suatu percobaan yang dirilis tahun 2015 dalam jurnal Behavior Processes, peneliti memberikan beberapa wewenang aromatik kepada 12 ekor anjing — mulai dari baunya anjing lain, orang asing, sampai kebaikan mereka sendiri. Temuan tersebut mencatat bahwa semua anjing itu bereaksi di area otak yang bertugas untuk memroses penciuman. Aroma yang sudah biasa (khususnya bau sang pemilik) baru bisa merangsang bagian bernama caudate nucleus -- daerah ini terlibat dalam proses emosi, dorongan, serta perasaan kasih sayang.
Dalam penelitian lain yang diterbitkan pada tahun 2016 dalam jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience, Berns mengamati bahwa dari 15 ekor anjing, 86% memperlihatkan respons otak yang lebih intens terhadap pujian daripada makanan. Hal ini menyiratkan bahwa untuk kebanyakan anjing, penghargaan verbal dari majikannya memiliki arti yang lebih penting bahkan ketika ada hadiah makanan lezat tersedia.
Pilih Majikan atau Pakan? Itu Jawabannya Menurut Anjing
Clive Wynne pun melaksanakan riset yang dirilis tahun 2022 dalam jurnal PeerJ Life and Environment. Di dalam penelitiannya tersebut, anjing ditinggal seorang diri di rumah melebihi empat jam. Setelah sang pemilik pulang, mereka menjalankan tes: si pemilik posisinya ada di satu sisinya, sedangkan mangkok makanan disimpan di sisi satunya lagi dengan jarak serta sudut yang sama terhadap gerbang utamanya.
Hasilnya? Delapan dari sepuluh anjing lebih memilih mendekati pemiliknya dibandingkan makanan. Ini menunjukkan preferensi emosional yang kuat terhadap manusia.
Studi lain dari Jepang yang dipimpin oleh Takefumi Kikusui dari Universitas Azabu mengungkapkan bahwa anjing dapat berkucuran air mata ketika bersua lagi dengan majikan mereka setelah jarak waktu yang panjang. Namun, respons emosi semacam itu tidak terlihat saat anjing bertemu dengan individu yang diketahuinya namun bukan pemiliknya, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Current Biology pada tahun 2022.
Ujian Cinta: Apakah Anjing Akan Menyelamatkan Kita?
Dalam studi tahun 2020 yang diterbitkan di jurnal PLOS One, Wynne menguji apakah anjing akan berusaha "menyelamatkan" pemiliknya. Dalam eksperimen ini, pemilik diminta masuk ke dalam kotak dan berpura-pura terjebak di dalamnya.
Akhirnya, hampir satu pertiga dari anjing tersebut berusaha untuk menolong majikannya. Walaupun mayoritas akhirnya tidak berhasil, hal itu tak selalu bermakna bahwa mereka kurang memperdulikan. "Bisa jadi mereka sekadar belum paham bagaimana membuka kotak tersebut," terangkan Wynne. Sampai saat makanan dimasukkan ke dalam kotak pun, masih ada banyak anjing yang tetap kesulitan meraihnya — ini lebih mendukung adanya batasan pengetahuan daripada perihal minimnya rasa simpati mereka.
Namun, sebelum kita merasa terlalu spesial, penting untuk diketahui bahwa cinta anjing tidak eksklusif untuk manusia. "Anjing terlahir dengan kapasitas luar biasa untuk membentuk ikatan emosional yang kuat dengan spesies apa pun yang mereka temui di tiga bulan pertama kehidupannya," kata Wynne. Jadi, anak anjing yang tumbuh di peternakan bisa saja mencintai sapi, kucing, atau bahkan domba sebagaimana mereka mencintai pemilik manusia.
Untuk Wynne, kami pun tak memerlukan peralatan rumit untuk menyadari bahwa seekor anjing merasakan kasih sayang terhadap kita.
Coba perhatikan kembali aktivitas harianmu, misalnya ketika kamu tiba di rumah. Apabila memiliki seekor anjing, hewan peliharamu itu biasanya akan datang menjelaskan di depan pintu sambil menggeliatkan ekornya. Anda bisa yakin bahwa ini adalah caranya untuk menunjukkan kasih sayang.