
jabar. , KOTA BANDUNG - Kongres XXII Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang sempat tertunda akhirnya menetapkan Sujahri Somar sebagai Ketua Umum DPP GMNI periode 2025–2027.
Sujahri terpilih secara aklamasi dalam forum lanjutan kongres yang dilakukan secara lesehan di samping Gedung Merdeka.
Namun, di tengah euforia terpilihnya ketua umum baru, muncul kontroversi di media sosial terkait latar belakang pendidikan Sujahri.
Dia diduga berstatus sebagai mahasiswa drop out, sehingga memicu keraguan publik terhadap kapabilitas kepemimpinannya di organisasi nasional tersebut.
Dalam unggahan di media sosial, ditampilkan tangkapan layar data pendidikan dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) yang menunjukkan status “dikeluarkan” pada tahun akademik 2018/2019 Ganjil dari IAIN Ambon.
Dalam tangkapan layar yang sama, tertulis identitas lengkap Sujahri Somar, termasuk nomor induk mahasiswa, program studi Pendidikan Biologi, dan keterangan bahwa ia berstatus “Dikeluarkan.”
“Bagaimana bisa organisasi kemahasiswaan dipimpin oleh orang yang tidak lagi berstatus mahasiswa? Ini mencederai semangat perjuangan GMNI,” tulis akun @PemudaMerah dalam unggahan yang ramai dibagikan di X.
“Jika benar dia DO, maka ini menjadi preseden buruk bagi organisasi kader seperti GMNI,” ujar seorang warganet lainnya dalam tanggapan yang viral.
Di sisi lain, para pendukung Sujahri menyebut bahwa pengalaman dan loyalitasnya di GMNI lebih penting dibanding status akademik semata. Mereka menilai Sujahri memiliki rekam jejak organisasi yang panjang dan militansi yang tidak diragukan.
“Sujahri sudah membuktikan pengabdiannya kepada organisasi, dan itu lebih penting daripada ijazah,” kata salah satu pendukungnya dalam forum kongres.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Sujahri Somar maupun klarifikasi dari pihak kampus terkait status “dikeluarkan” yang tercantum dalam PDDikti tersebut. (mar5/jpnn)