
– Ada fakta cukup mengejutkan dalam laporan awal dari investigasi kecelakaan pesawat Air India yang menewaskan 260 orang bulan lalu. Disebutkan, ada kebingungan yang terekam di kokpit soal saklar bahan bakar mesin pesawat yang tiba-tiba berpindah posisi run ke cutoff setelah lepas landas.
Menurut laporan yang dirilis oleh Badan Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB), dilansir dari Reuters, Minggu (13/7), kebingungan pilot dan co-pilot ini terjadi sesaat sebelum pesawat Boeing 787 Dreamliner milik Air India itu jatuh dan menewaskan 260 orang. Perpindahan posisi saklar ini merupakan hal yang sangat krusial. Sebab, dengan kondisi kedua saklar bahan bakar yang berpindah hampir bersamaan ke posisi cutoff telah menyebabkan mesin kehilangan suplai bahan bakar. Sehingga, mesin pun kehilangan daya dorong.
Kondisi ini diperkuat oleh rekaman CCTV yang menunjukkan sumber daya cadangan atau ram air turbine telah diaktifkan. Ini menandakan hilangnya daya dari mesin.
Dalam laporan tersebut juga dibeberkan fakta soal rekaman suara kokpit, di mana salah satu pilot terdengar bertanya kepada yang lain mengapa saklar bahan bakar dimatikan. Namun disebutkan pula bahwa pilot lainnya menjawab jika dirinya tidak melakukan hal tersebut.
Tidak disebutkan dengan jelas identitas masing-masing pilot dalam percakapan tersebut. Termasuk siapa yang mengirimkan sinyal darurat “Mayday, Mayday, Mayday” sebelum kecelakaan. Yang jelas, diketahui bahwa kapten pesawat yang terbang dari Ahmedabad, India menuju London, Inggris ini ialah Sumeet Sabharwal, 56. Ia tercatat memiliki jam terbang 15.638 jam dan merupakan seorang instruktur di Air India. Sementara, copilotnya adalah Clive Kunder, 32, yang memiliki 3.403 jam pengalaman terbang.
Sayangnya, belum dijelaskan bagaimana saklar itu bisa berpindah ke posisi cut off secara tiba-tiba dalam laporan awal tersebut. Menteri Penerbangan Sipil India, Ram Mohan Naidu meminta tak ada spekulasi sebelum laporan akhir keluar.
“Kita peduli terhadap kesejahteraan pilot, jadi mari kita tidak terburu-buru menyimpulkan apa pun sebelum laporan akhir keluar,” ujarnya.
Merespon laporan ini, para pengamat menyebut, bahwa secara umum, tidak mungkin pilot secara tidak sengaja memindahkan saklar bahan bakar. “Kalau memang pilot yang memindahkannya, kenapa dia melakukannya?” ungkap Anthony Brickhouse, pakar keselamatan penerbangan asal Amerika Serikat.
Sementara itu, pakar penerbangan John Nance mengatakan, dalam kondisi normal, pilot tidak akan mematikan saklar bahan bakar saat pesawat sedang naik. Pemindahan saklar ke posisi cutoff ini akan segera mematikan mesin. Biasanya ini hanya dilakukan saat pesawat telah tiba di gerbang bandara atau dalam kondisi darurat seperti kebakaran mesin. Laporan ini tidak menyebut adanya keadaan darurat yang mengharuskan pemutusan bahan bakar.
Di lokasi kecelakaan, kedua saklar bahan bakar ditemukan dalam posisi “run”, dan terdapat indikasi bahwa kedua mesin sempat mencoba menyala kembali sebelum kecelakaan di ketinggian rendah, menurut laporan yang dirilis sekitar pukul 01.30 IST pada Sabtu (20.00 GMT Jumat). Ditanya terpisah soal laporan tersebut, ayah dari kopilot Clive Kunder menolak berkomentar.
Seperti diketahui, AAIB merupakan lembaga yang memimpin penyelidikan atas kecelakaan yang menewaskan 241 dari 242 orang di dalam pesawat dan 19 lainnya di darat. AAIB wajib menyusun laporan awal dalam 30 hari setelah insiden. Sementara, laporan akhir diharapkan terbit dalam waktu satu tahun.
Laporan investigasi menyebut bahwa saat pesawat kehilangan ketinggian, ia sempat menabrak beberapa pohon dan cerobong pembakaran sampah sebelum menghantam bangunan. Sementara, rekaman CCTV bandara Ahmedabad menunjukkan pesawat Air India naik hingga ketinggian 650 kaki setelah lepas landas, lalu tiba-tiba kehilangan ketinggian dan jatuh dalam bola api ke sebuah bangunan terdekat.