Hiu dikenal sebagai predator puncak lautan. Mereka adalah hewan yang cepat, tajam, dan mematikan. Namun, ada satu hal mengejutkan yang bisa melumpuhkan hewan tangguh ini secara seketika, yaitu membalikkan tubuhnya. Saat berada dalam posisi telentang, banyak spesies hiu memasuki kondisi yang dikenal sebagai tonic immobility. Pada keadaan ini, tubuh mereka menjadi seperti dihipnosis, tubuh membeku dan tak lagi bisa berenang.
Dalam kondisi ini, hiu akan berhenti berenang sepenuhnya dan hanya menyisakan gerakan napas lambat yang teratur. Fenomena ini membingungkan sekaligus menarik bagi para ilmuwan. Apa sebenarnya yang terjadi pada tubuh hiu saat ia mengalami tonic immobility? Dan mengapa membalik tubuh bisa membuatnya lumpuh?
1. Apa yang terjadi kepada hiu?
Saat mengalami tonic immobility, hiu tidak hanya berhenti bergerak, tetapi juga mengalami perubahan fisiologis yang signifikan. Dilansir Live Science, kondisi ini ditandai dengan penurunan respons sensorik, detak jantung, tekanan darah, serta sensitivitas terhadap rasa sakit. Dengan kata lain, hiu berada dalam keadaan semi-sadar yang membuatnya hampir tidak merasakan rangsangan dari lingkungan sekitar.
Respons ini bisa dipicu pada beberapa spesies hiu seperti hiu putih besar ( Carcharodon carcharias ), hiu lemon ( Negaprion brevirostris ), dan hiu abu-abu pengasuh atau sand tiger shark ( Carcharias taurus ).
Fenomena ini menjadi alat penting bagi para ilmuwan. Dengan menempatkan hiu dalam kondisi "tertidur", mereka bisa melakukan penelitian secara aman dan mengurangi stres pada hewan, sebuah pendekatan yang mengedepankan etika dalam studi kelautan.
2. Teori di balik tonic immobility
Ada beberapa teori yang menjelaskan fungsi tonic immobility di alam liar. Sebuah studi tahun 2023 yang diterbitkan dalam Environmental Biology of Fishes menyebutkan bahwa kondisi ini mungkin berperan dalam pertahanan diri, perilaku kawin, atau perlindungan dari kelebihan rangsangan sensorik.
Abraham Miranda-Páez, salah satu penulis studi tersebut, menjelaskan bahwa konsensus ilmiah saat ini menganggap tonic immobility sebagai respons pasif untuk mempertahankan diri. Ini mirip dengan strategi berpura-pura mati yang ditemukan pada banyak hewan lain.
Contohnya, ular dadu (dice snake) dan semut api akan berpura-pura mati ketika diserang predator. Bahkan, beberapa spesies seperti capung betina dan katak Eropa menggunakan strategi ini untuk menghindari aktivitas kawin yang tidak diinginkan.
3. Kemungkinan lain di balik evolusi tonic immobility
Meski banyak ilmuwan beranggapan bahwa tonic immobility adalah bentuk pertahanan diri, tidak semua sepakat bahwa respons ini punya fungsi adaptif yang jelas.
Sebuah studi terbaru tahun 2025 yang dimuat dalam jurnal Reviews in Fish Biology and Fisheries justru menyarankan sebaliknya. Tonic immobility dianggap sebagai "sisa evolusi" yang tidak lagi memiliki tujuan jelas.
“Kami menemukan bahwa tonic immobility telah hilang secara independen beberapa kali sepanjang sejarah evolusi hiu dan pari,” ungkap Joel Gayford, salah satu penulis studi tersebut.
Artinya, respons ini kemungkinan tidak begitu penting bagi kelangsungan hidup semua spesies hiu.
Meski berbagai teori telah diajukan, para ilmuwan masih belum memiliki cukup data untuk memastikan apa sebenarnya tujuan dari tonic immobility pada hiu. Fenomena ini tetap menjadi misteri laut dan membutuhkan penelitian lanjutan untuk memahami predator laut ini.
Referensi
Fakta Gerhana Matahari Total 2 Agustus, Benarkah Bumi Akan Gelap? Apa yang Terjadi Jika Bumi Tidak Punya Lempeng Tektonik?" Why do sharks freeze when flipped upside down? ". Diakses pada Juli 2025. Live Science.
Páez, Abraham Miranda, Edgar Mauricio Hoyos Padilla, and A. Peter Klimley. “ A Review of Tonic Immobility as an Adaptive Behavior in Sharks .” Environmental Biology of Fishes 106, no. 6 (April 27, 2023): 1455–62.
Gayford, Joel H., and Jodie L. Rummer. “ Tonic Immobility in Cartilaginous Fishes (Chondrichthyes): Function, Evolutionary History, and Future Directions. ” Reviews in Fish Biology and Fisheries , June 7, 2025.