Meta Akan Meluncurkan Kacamata Pintar Augmented Reality 'Celeste' dengan Harga Diperkirakan Rp13,1 Juta

Media Harian Digital– Dari kantor pusatnya di Menlo Park, California, CEO Meta Mark Zuckerberg diperkirakan akan meluncurkan kacamata pintar pertama Meta dengan layar terintegrasi. Perangkat ini, yang diperkirakan oleh analis akan dijual sekitar USD 800 atau Rp13,1 juta (kurs Rp16.425 per USD), disebut sebagai kacamata siap pakai terbaru dari perusahaan.

Menurut Reuters, kacamata cerdas ataurealitas tambahan(AR)kacamata pintaritu menggunakan nama kode internal "Hypernova" dan akan dipasarkan dengan nama "Celeste".

Produk ini dilengkapi layar digital kecil di lensa kanan yang dapat menampilkan fungsi dasar seperti notifikasi.

Peluncuran kacamata ini merupakan langkah terbaru Meta untuk tetap kompetitif di bidang teknologi.kecerdasan buatan(AI), meskipun saat ini mereka tertinggal dari pesaing seperti OpenAI dan Google Alphabet.

Namun, para analis menilai harga yang tinggi bisa membuat konsumen enggan membeli perangkat tersebut.

Kacamata ini diperkirakan jauh lebih canggih dibanding prototipe "Orion" yang pernah dipamerkan Meta tahun lalu, yang digambarkan Zuckerberg sebagai mesin waktu menuju masa depan.

Meskipun demikian, pihak Meta tidak segera merespons permintaan komentar Reuters mengenai perangkat baru tersebut.

Meta disebut berencana merilis Orion pada 2027, sementara saat ini mereka masih menawarkan dua lini kacamata hasil kolaborasi dengan Ray-Ban dan Oakley.

Perangkat baru Meta rencananya akan menggabungkan fitur AI, kamera, kontrol tanpa tangan, serta kemampuan streaming langsung ke platform seperti Facebook dan Instagram.

Sejak 2020, Zuckerberg telah menginvestasikan lebih dari 60 miliar dolar AS untuk pengembangan teknologi kacamata pintar tersebut.

Menurut Meta, kacamata pintar akan menjadi pintu utama menuju integrasi kecerdasan super, sebuah konsep di mana AI mampu melampaui kecerdasan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mengejar ketertinggalan AI, Zuckerberg bahkan memicu persaingan bakat dengan nilai miliaran dolar melalui perekrutan peneliti dari para kompetitor.

Pada konferensi Connect yang berlangsung dua hari, Meta juga diperkirakan akan memperkenalkan gelang pintar (gelang tangan) yang pertama memungkinkan kontrol kacamata melalui gerakan tangan.

Selain itu, Meta dilaporkan akan meluncurkan lini Ray-Ban terbaru dengan peningkatan kamera, daya tahan baterai, serta dukungan fitur-fitur AI.

Meski telah menjual sekitar dua juta unit Ray-Ban sejak 2023, Meta jarang menjadi sorotan utama konsumen di pasar kacamata pintar, berbeda dengan pesaing seperti Google Glasses yang kini sedang terpuruk. Namun, unit Hypernova mengalami kerugian besar.

Dilaporkan pada Juli lalu bahwa divisi Reality Labs Meta mencatatkan kerugian operasional sebesar 4,53 miliar dolar AS pada kuartal kedua, dengan total kerugian mendekati 70 miliar dolar AS sejak akhir 2020.

Kacamata Hypernova juga mungkin hadir dengan merek Prada, yang dikenal dengan bingkai tebal sehingga mampu menampung komponen penting perangkat.

Meskipun Prada belum merespons komentar Reuters, analis menilai harga USD 800 jauh lebih mahal dibanding lini Ray-Ban yang dijual dengan harga USD 299 atau Oakley yang dibanderol USD 399.

Harga tinggi ini diperkirakan membatasi pasar. "Desainnya agak besar, kurang ramah pengguna, dan cukup mahal, sehingga volumenya rendah," kata Jitesh Ubrani, manajer riset International Data Corp.

Ubrani memperkirakan penjualan hanya akan mencapai beberapa ratus ribu unit, meskipun langkah ini dapat mendorong lebih banyak pengembang untuk membuat aplikasi pendukung.

Ia menambahkan, "Ini merupakan tahap awal menuju terciptanya headset yang lebih baik untuk pasar massal."

Sebagai strategi menarik pengembang, Meta juga dilaporkan akan membuka akses kacamata pintar bagi pihak ketiga melalui perangkat lunak baru.

Namun di sisi lain, sejumlahpengungkap rahasiamenuduh Meta lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan pengguna.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa kebijakan AI Meta pernah memungkinkanbot obrolanberinteraksi dengan anak-anak dalam percakapan provokatif yang berkaitan dengan seks dan ras.

Parapengungkap rahasiajuga menyebut peneliti Meta diarahkan untuk tidak menyelidiki risiko teknologi realitas virtual terhadap anak-anak, agar perusahaan bisa mengklaim tidak mengetahui dampaknya.

Meta kemudian menyampaikan kepada Reuters bahwa mereka telah menghapus bagian kebijakan yang memungkinkan chatbot terlibat dalam permainan peran romantis dengan anak-anak. (*)

Lebih baru Lebih lama