Iran Anggap Kerja Sama Nuklir dengan IAEA Tidak Lagi Berlaku

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi sebagaimana dilaporkanAl Jazeera,Minggu (5/10/2025), menyatakan bahwa kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) "tidak lagi relevan" setelah negara-negara Barat kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran. Araghchi merujuk pada kesepakatan Kairo yang baru saja ditandatangani.

"Perjanjian Kairo tidak lagi cocok untuk kerja sama kami dengan IAEA," ujar Araghchi.

Perjanjian yang ditandatangani Araghchi bersama Kepala IAEA Rafael Grossi berisi kerangka kerja untuk melanjutkan inspeksi dan pengawasan setelah Teheran menghentikannya pasca-serangan Israel dan AS terhadap fasilitas nuklir pada Juni 2025. Namun, perjanjian tersebut kehilangan maknanya setelah Inggris, Prancis, dan Jerman memicu kembali penerapan sanksi oleh PBB dengan tuduhan Iran melanggar komitmennya, klaim yang ditolak oleh Teheran.

"Tidak ada negara Eropa yang berpikir mereka memiliki jaminan di tangan mereka, dan mengancam akan menerapkan langkah balik," kata Araghchi kepada para diplomat di Teheran.

Sekarang mereka memanfaatkan tuas tersebut untuk melihat hasilnya. Tiga negara Eropa telah menghilangkan peran mereka dan hampir menghilangkan dasar negosiasi bagi mereka.

Araghchi menyampaikan bahwa, tiga negara Eropa tersebut "akan menghadapi konflik yang lebih kecil dibandingkan sebelumnya" dalam proses perundingan terkait program nuklir Iran.

Kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Mariano Grossi mendengarkan pertanyaan saat konferensi pers bersama dengan kepala Organisasi Energi Atom Iran Mohammad Eslami di Teheran, Sabtu (4/3/2023). - (AP Photo/Vahid Salemi)
Standar ganda

Teheran menuduh IAEA menggunakan standar yang berbeda, dengan menganggap lembaga tersebut gagal mengecam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran meskipun Iran telah memenuhi berbagai kewajibannya sesuai Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT). Negara-negara Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan didukung oleh Israel, lama mengklaim bahwa Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, klaim yang ditolak keras oleh Teheran.

Iran menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan murni untuk keperluan sipil dan berhak melakukan pengayaan uranium sesuai dengan NPT. Beberapa anggota parlemen menginginkan Iran keluar sepenuhnya dari NPT, tetapi Presiden Masoud Pezeshkian menyatakan bahwa Iran akan tetap setia pada perjanjian tersebut.

Araghchi menyampaikan, "keputusan (Teheran) mengenai keterkaitan kerja sama dengan IAEA akan diumumkan" tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, tetapi menegaskan bahwa "masih ada ruang untuk diplomasi".

Negosiasi mengenai program nuklir Iran dengan Amerika Serikat berlangsung sejak April, tetapi kemudian terhenti setelah Israel melakukan serangan pada bulan Juni. Teheran menyalahkan Washington atas gangguan diplomasi ini dan meminta jaminan serta pengakuan terhadap hak-hak mereka sebelum melanjutkan pembicaraan.

Lebih baru Lebih lama