Justin Kluivert Hadapi Kritik Suporter Indonesia, Komentar Dihentikan

MediaHarianDigital-Pemain tim nasional Belanda Justin Kluivert mendapat perhatian setelah tampil luar biasa dalam kemenangan 4-0 Belanda melawan Finlandia dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa.

Namun, di balik penampilan yang mengesankan, putra dari pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert juga menghadapi tekanan yang tidak terduga dari masyarakat Indonesia.

Kemenangan timnas Belanda di Amsterdam menjadi malam yang spesial bagi Kluivert. Ia bermain sebagai pemain inti menggantikan Tijjani Reijnders dan mendapatkan pujian yang besar dari para pengamat sepak bola Belanda.

Namun, hanya beberapa jam setelah pertandingan, akun media sosialnya menjadi tempat bagi komentar-komentar tajam dari sejumlah pendukung Indonesia yang kecewa dengan hasil timnas yang dilatih oleh ayahnya.

Dalam wawancara bersama ESPN,Justin mengakui pernah menonaktifkan kolom komentar karena serangan dari sejumlah netizen Indonesia.

"Saya menonaktifkan komentar saya selama tujuh hari," kata Justin Kluivert.

"Mereka bahkan menyerang saya dengan pernyataan Kluivert yang dikeluarkan. Anda tidak perlu menulis hal itu di bawah foto keluarga. Namun semuanya akan selesai dalam seminggu," tambahnya.

Komentar tersebut muncul setelah timnas Indonesia tersingkir dari babak keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Dengan arahan Patrick Kluivert, tim Garuda mengalami dua kekalahan beruntun melawan Arab Saudi dan Irak, yang memutus perjalanan mereka di fase grup.

Kritik terhadap pelatih muncul di berbagai platform media sosial, beberapa di antaranya menyerang nama keluarga Kluivert secara pribadi. Justin mengakui bahwa ia memahami tekanan tersebut, tetapi berusaha untuk menjaga jarak sementara waktu.

"Saya membiarkannya dulu selama beberapa waktu; saya akan berbicara lagi ketika semuanya agak tenang. Tentu saja ini mengecewakan. Mereka memiliki banyak penggemar di sana," tambahnya.

Meskipun dalam situasi tersebut, Kluivert tetap menunjukkan sikap profesional saat bermain. Ia tampil mengesankan dan berkontribusi dalam dua dari empat gol yang dicetak Belanda.

Penampilannya mendapatkan pujian dari mantan pemain tim nasional, Rafael van der Vaart dan Pierre van Hooijdonk, yang menganggap Kluivert bermain sangat dalam, cepat, serta saling melengkapi dengan lini depan.

Dalam wawancara yang sama, jurnalisESPN sempat melempar pertanyaan ringan.

"Kamu akan pergi ke Piala Dunia, bukan?" tanya jurnalis itu sambil tersenyum.

"Mudah-mudahan. Saya akan melakukan segala yang bisa saya lakukan," jawab Kluivert.

Jurnalis itu menutup dengan komentar yang penuh makna. "Namun bagi tim nasional Belanda, Kluivert masuk," ujarnya.

"aku suka itu," jawab Justin sambil tersenyum lebar.

Kondisi yang dialami keluarga Kluivert mencerminkan dua sisi dari perhatian masyarakat terhadap sepak bola kontemporer, yaitu harapan nasional dan tekanan pribadi di tengah era media sosial. Di satu sisi, Patrick Kluivert menghadapi tuntutan besar dari para penggemar Indonesia, sedangkan di sisi lain, Justin merasakan dampaknya di panggung Eropa.

Meski demikian, pemain berusia 26 tahun itu memutuskan untuk melihat ke depan. Bagi Justin, tekanan hanyalah bagian dari perjalanan, dan keluarga tetap menjadi tempat ia belajar menghadapi dunia sepak bola yang menantang.

"Ia telah melakukan segala sesuatu yang bisa ia lakukan," katanya mengenai ayahnya.

"Tetapi terkadang, hasil tidak selalu sesuai dengan usaha. Kami memahami hal itu," tambahnya.

Dengan kemenangan melawan Finlandia, Belanda mempertahankan posisi teratas dalam klasemen zona Eropa. Di sisi lain, nama Kluivert tetap dikenang, kali ini bukan hanya karena gol, tetapi juga karena ketenangan menghadapi kritik yang datang dari jauh.

Lebih baru Lebih lama