Warta Bulukumba - Di Gaza, anak-anak tidak sedang bermain atau menonton kartun favorit. Mereka tengah menghadapi kenyataan paling brutal yang bisa dibayangkan: kematian, kelaparan, dan kehilangan, setiap hari. Bukan karena kesalahan mereka, tapi karena dunia gagal melindungi mereka.
Ted Chaiban, Wakil Direktur Eksekutif Lembaga Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), baru saja menyelesaikan kunjungannya ke Timur Tengah. Dalam pengarahan pers yang dikutip Anadolu, ia menyampaikan pesan mendalam tentang kondisi anak-anak di Gaza.
“Hari ini, saya ingin tetap menyoroti Gaza, karena di sanalah penderitaan paling parah terjadi. Anak-anak meninggal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya, dikutip Anadolu Senin 4 Agustus 2025.
Lebih dari 18.000 anak tewas: Luka kemanusiaan yang terbuka
UNICEF menyebutkan bahwa sejak awal konflik terbaru, lebih dari 18.000 anak telah dilaporkan tewas di Gaza. Sebuah angka yang nyaris tak bisa dicerna akal sehat. Ini bukan statistik biasa—ini adalah kehilangan massal generasi masa depan. Chaiban menggambarkan, “Penderitaan luar biasa tampak jelas: kelaparan terlihat di wajah anak-anak dan keluarga mereka.”
Situasinya begitu buruk hingga sekitar satu dari tiga penduduk Gaza mengalami kelaparan ekstrem, tidak makan selama berhari-hari. Tingkat malnutrisi akut global di Gaza kini telah melampaui ambang batas kelaparan internasional, mencapai lebih dari 16,5 persen.
Yang paling mengkhawatirkan, lebih dari 320.000 anak-anak kecil saat ini berada dalam risiko tinggi mengalami malnutrisi akut. Mereka hidup dalam situasi darurat gizi, tanpa jaminan bisa bertahan hingga esok.
Konvoi darat lebih penting dari bantuan udara
Beberapa negara telah berusaha mengirim bantuan melalui jalur udara. Namun menurut Chaiban, “Bantuan udara tidak mampu menggantikan skala dan volume bantuan yang bisa dicapai melalui konvoi darat.” UNICEF menegaskan, jalur darat tetap menjadi metode paling efektif untuk mengirim bantuan secara massal.
UNICEF mendesak agar arus bantuan ke Gaza dipulihkan seperti sebelum konflik berlangsung, dan sekitar 500 truk per hari harus diizinkan masuk, membawa makanan, air bersih, obat-obatan, hingga barang-barang komersial penting lainnya.
Tanpa bantuan dalam skala besar, anak-anak Gaza akan terus menjadi korban kelaparan dan penyakit. Mereka bukan sekadar angka dalam laporan, tapi nyawa yang membutuhkan perlindungan nyata.
Dunia harus bertindak: Gencatan senjata dan tekanan internasional
Dalam pernyataannya, Chaiban juga menegaskan bahwa gencatan senjata berkelanjutan adalah satu-satunya jalan keluar. “Yang paling dibutuhkan anak-anak saat ini adalah gencatan senjata berkelanjutan serta solusi politik nyata dan menyeluruh,” katanya.
UNICEF menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera meningkatkan tekanan diplomatik dan kemanusiaan, menghentikan kekerasan, dan membuka akses bantuan tanpa hambatan ke wilayah Gaza.
Konflik yang berkepanjangan ini tak hanya menghancurkan gedung dan infrastruktur, tetapi menghancurkan harapan ribuan anak yang seharusnya dilindungi.***