Sehari Usai Ditangkap, Mantan Presiden Sri Lanka Dilarikan ke Rumah Sakit

- Ranil Wickremesinghe, mantan Presiden Sri Lanka periode 2022 hingga 2024 dilarikan ke Rumah Sakit pada Sabtu (23/08/2025) yang bertepatan dengan sehari setelah dia ditangkap atas kasus penyalahgunaan uang negara.

Melansir South China Morning Post, Wickremesinghe dilarikan ke rumah sakit akibat dehidrasi dan tekanan darah tinggi. Wakil Direktur Jenderal Rumah Sakit Nasional Colombo, Rukshan Bellana, mengatakan bahwa keadaannya kini sudah membaik.

Wickremesinghe sebelumnya telah ditangkap pada Jumat (22/8/2025) atas dugaan penyalahgunaan uang negara. Melansir da ri Daily Mirror, Wickremesinghe diduga menyalahgunakan dana negara untuk membiayai perjalanan pribadi ke London pada akhir 2023. Ia ‘menyamarkan’ perjalanan ini sebagai bagian dari kunjungan resmi.

Menurut laporan dari kepolisian Colombo, kunjungan ini tidak memiliki tujuan resmi, namun masuk dalam perjalanan kenegaraan Wickremesinghe ke Kuba dan Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan kunjungannya di Amerika Serikat, ia dilaporkan terbang ke Inggris khusus untuk acara keluarga.

Mengutip dari artikel yang dirilis oleh The Straits Times, Criminal Investigation Department (CDI) Sri Lanka telah menginterogasi tiga orang dari partai yang sama dengan Wickremesinghe.

Mereka mengaku bahwa Wickremesinghe dan istrinya, Maithree, menghadiri upacara di Universitas Wolverhampton. Mereka menegaskan bahwa biaya perjalanan Maithree ditanggung dengan uang pribadi dan tidak menggunakan dana negara.

Namun, CDI tetap menduga bahwa Wickremesinghe menggunakan uang negara untuk perjalanannya, yang merupakan kunjungan pribadi. Bahkan disebutkan bahwa orang-orang yang mengawalnya saat perjalanan pribadi itu juga dibayar oleh negara.

Diketahui, Wickremesinghe menjabat sebagai presiden Sri Lanka dari 2022 hingga 2024. Dia menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang melarikan diri setelah menyebabkan krisis ekonomi terburuk dalam sejarah negara tersebut.

Wickremesinghe memperoleh paket bantuan senilai US$2,9 miliar (S$3,7 miliar) dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada awal 2023 dan diakui telah menstabilkan ekonomi setelah krisis keuangan terparah dalam sejarah negara tersebut pada 2022.

Dia menggandakan pajak dan menghapus subsidi energi sebagai bagian dari langkah-langkah pengetatan anggaran yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan negara.

Dia kalah dalam pemilihan ulang pada September 2024, namun dia menjadi tokoh oposisi yang cukup krusial meskipun koalisinya hanya memegang dua kursi di Parlemen yang beranggotakan 225 orang. (*)

Lebih baru Lebih lama