Di hadapan Wakil Bupati Tegal, Akhmad Kholid, Sutarjo menegaskan bahwa Pemerintah Desa Lawatan bersama warga berkomitmen menjaga kualitas dan identitas shuttlecock Lawatan, yang telah menjadi warisan sejak 1920.
Ia mengungkapkan, gagasan menggelar festival berawal dari kekhawatiran menurunnya daya saing produk lokal akibat masuknya shuttlecock dari luar daerah. Melalui festival ini, pihaknya berharap daya beli konsumen meningkat sekaligus mendorong perekonomian warga.
Produk shuttlecock Lawatan, menurutnya, memiliki keunggulan tersendiri karena diproduksi secara manual dengan kualitas super, disertai nilai historis yang kuat.
“Produksi shuttlecock Lawatan sudah ada sejak tahun 1920. Kami masih menggunakan metode manual, meskipun kompetitor di luar daerah sudah banyak yang menggunakan mesin modern,” jelas Sutarjo.
Sementara itu, Wakil Bupati Tegal, Akhmad Kholid, memberikan apresiasi atas inisiatif Pemerintah Desa Lawatan dalam menggelar festival yang bukan hanya menjadi ajang promosi, tetapi juga langkah strategis menjaga keberlangsungan industri rumahan shuttlecock. Industri ini telah menjadi mata pencaharian utama bagi sekitar 70 persen warga Lawatan.
“Olahraga bulutangkis banyak digemari masyarakat, dari mulai anak-anak sampai dewasa, sehingga shuttlecock ini punya potensi pasar yang besar. Selain harus punya ciri khas, soal kualitas tentunya juga harus yang terbaik, harus nomor satu supaya tidak kalah dengan produk dari daerah lain,” kata Kholid.
Ia menekankan agar festival tidak berhenti sebagai agenda tahunan, melainkan mampu menarik minat pembeli dari luar daerah untuk datang ke Lawatan. Dengan pengalaman produksi puluhan tahun, shuttlecock Lawatan dinilai layak menjadi ikon Kabupaten Tegal dan dipasarkan lebih luas di tingkat nasional.
Kholid menambahkan, kegiatan ini menjadi simbol tekad warga dalam menjaga warisan usaha turun-temurun sambil terus berinovasi agar shuttlecock lokal siap bersaing di pasar nasional.***