Hotel di Bali Jadi Pionir Wisata Hijau, Ini Komentar Menteri Lingkungan

Featured Image

Peran Sektor Perhotelan dalam Pariwisata Hijau dan Berkelanjutan

Sektor perhotelan memiliki peran penting dalam mewujudkan pariwisata yang hijau dan berkelanjutan di Indonesia. Pemerintah menunjukkan komitmen untuk mendukung industri ini agar menjadi penggerak ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan bahwa sektor perhotelan bukan hanya sebagai motor penggerak ekonomi, tetapi juga wajah bangsa di mata dunia. Ia menekankan bahwa pertumbuhan pariwisata harus sejalan dengan perlindungan lingkungan.

Dalam sebuah rapat koordinasi yang dihadiri oleh jajaran pemerintah pusat, Pemprov Bali, PHRI, dan pelaku usaha, Hanif mengingatkan bahwa kemajuan pariwisata juga membawa konsekuensi serius bagi alam. Contohnya adalah banjir besar yang melanda Bali beberapa waktu lalu, yang menjadi peringatan nyata akan dampak dari alih fungsi lahan dan berkurangnya ruang terbuka hijau. Ia menegaskan bahwa saatnya industri hotel ikut bertanggung jawab dalam menjaga ekosistem, bukan hanya menikmati manfaat ekonomi.

Hasil evaluasi Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) 2025 menunjukkan bahwa belum ada satu pun dari 229 hotel di Bali yang masuk kategori taat lingkungan, bahkan sebagian masih berada di peringkat merah. Hanif menekankan bahwa ini bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan ukuran moralitas bisnis dan tanggung jawab sosial. Meski begitu, ia mengapresiasi sejumlah hotel yang mulai berinovasi melalui penerapan teknologi hemat energi, pengelolaan limbah yang lebih baik, serta pembangunan green building.

Pemerintah berkomitmen untuk mendampingi seluruh pelaku usaha melalui pelatihan, bimbingan teknis, serta dukungan kebijakan agar transformasi menuju praktik berkelanjutan dapat terwujud. Hotel yang konsisten menerapkan prinsip keberlanjutan akan memperoleh sertifikasi Green Hotel dan promosi khusus untuk memperkuat citra di mata wisatawan. Selain itu, pemerintah mendorong integrasi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan aksi nyata seperti penanaman pohon, pemulihan daerah aliran sungai, dan pembangunan ruang terbuka hijau.

Penerapan infrastruktur hijau seperti taman resapan, atap hijau, dan dinding vegetasi juga dianjurkan karena memberikan manfaat ekologis sekaligus meningkatkan estetika kawasan hotel. Hanif menyampaikan bahwa langkah sederhana seperti menanam pohon, membangun sumur resapan, atau mengurangi volume sampah, jika dilakukan bersama, akan membawa dampak besar bagi keberlanjutan pariwisata.

Pasca arahan menteri, para peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap rencana pembinaan PROPER hotel yang akan dilakukan oleh KLH/BPLH. Mereka menyambut baik upaya ini sebagai langkah penting dalam membantu pelaku usaha meningkatkan kualitas pelaporan pengelolaan lingkungan. Dalam kesempatan tersebut, para peserta juga menyampaikan harapan agar diberikan tambahan waktu dalam proses pelaporan, sehingga mereka dapat melengkapi data dan dokumen yang diperlukan secara lebih optimal.

KLH/BPLH menegaskan bahwa menjaga lingkungan berarti juga melindungi aset bisnis jangka panjang. Pemerintah siap memberikan insentif bagi pelaku usaha yang patuh, namun akan menjatuhkan sanksi bagi yang mengabaikan kewajiban lingkungan. Hanif menutup pidatonya dengan pesan bahwa momen ini harus menjadi titik balik. Sektor perhotelan Indonesia harus membuktikan bahwa pariwisata tidak hanya memberi manfaat ekonomi, tetapi juga meninggalkan warisan lingkungan yang sehat, lestari, dan tangguh bagi generasi mendatang.

Lebih baru Lebih lama