Wow Keren! SMKN 1 Tasikmalaya Kirim Lulusan Berkompetensi ke Jepang, Wamendikdasmen Tanggapi

Wow Keren! SMKN 1 Tasikmalaya Kirim Lulusan Berkompetensi ke Jepang, Wamendikdasmen Tanggapi

 JURNAL SOREANG - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq melakukan kunjungan kerja ke SMK Negeri 1 Tasikmalaya, Jawa Barat, pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2025. Kegiatan ini dilaksanakan guna mengecek kesiapan 22 siswa yang akan dikirim bekerja ke Jepang, sekaligus sebagai wujud apresiasi dan dukungan pemerintah terhadap inisiatif penguatan pendidikan vokasi yang berorientasi pada dunia kerja serta mampu bersaing secara global.

"Kesempatan bekerja di luar negeri tidak hanya tentang mencari penghasilan, tetapi juga kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Saya berharap adik-adik tetap menjaga semangat, kejujuran, dan kerja keras. Nilai-nilai ini yang akan membawa kesuksesan sejati," kata Wamen Fajar di depan siswa kelas XII calon pekerja migran.

Wakil Kepala Sekolah untuk Urusan Hubungan Masyarakat, Dede Mulyana, menyampaikan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi oleh pihak sekolah adalah masalah biaya.

Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Jenderal Vokasi memberikan bantuan senilai Rp100 juta kepada 10 siswa berprestasi, yang dipilih berdasarkan peringkat hasil tes psikologi.

Di sisi lain, 12 siswa lainnya menerima bantuan pinjaman lunak dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

"Mayoritas siswa kami berasal dari keluarga menengah ke bawah, seperti anak pekerja cuci atau pedagang pasar. Oleh karena itu, kami berupaya maksimal untuk mencari cara agar mereka tetap bisa bersekolah," kata Dede.

Ia melanjutkan program ini berawal dari pengamatan terhadap minat alumni yang lebih dulu bekerja di Jepang secara mandiri.

Sampai saat ini, program tersebut telah mengirimkan 43 siswa dalam dua angkatan sebelumnya. Mereka bekerja di berbagai bidang, mulai dari rumah sakit, hotel, kantor, hingga pusat olahraga, dengan penghasilan paling sedikit Rp19 juta per bulan.

Salah satu hal yang membuat program ini unik adalah jaminan pengangkatan kerja sejak awal, sehingga tugas para calon pekerja migran hanya perlu mempersiapkan diri, sedangkan perusahaan telah siap menerima mereka.

Sementara itu, Guru Bahasa Jepang, Yosi, ikut serta mendampingi siswa sambil memberikan pemahaman mengenai budaya dan etos kerja masyarakat Jepang. Ia pernah melakukan magang selama sebulan di Jepang untuk mengalami langsung sistem kerja di sana, sehingga kini bisa berbagi pengalamannya secara langsung dengan para murid.

Yosi juga menyampaikan pesan dari seorang alumni yang bekerja di Jepang, mengajak siswa untuk mempersiapkan mental dengan baik, terbiasa berjalan kaki, serta terus berusaha belajar bahasa Jepang meskipun terasa sulit.

Untuk menjadi calon pekerja migran, siswa terlebih dahulu harus melewati tahap seleksi. Setelah itu, mereka mengikuti program persiapan yang berlangsung secara intensif mulai Agustus hingga Desember.

Setiap hari, setelah menyelesaikan pembelajaran rutin, siswa melanjutkan dengan kelas bahasa Jepang yang berlangsung dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB, mulai Senin hingga Jumat.

Pada bulan Desember 2025, siswa akan mengikuti ujian Japanese Language Proficiency Test (JLPT) tingkat N4 sebagai salah satu persyaratan untuk berangkat ke Jepang. Setelah lulus, mereka akan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama sebulan di sebuah hotel bintang lima di Tasikmalaya guna mempersiapkan diri secara lebih matang dalam dunia kerja.

Setelah menyelesaikan masa magang, siswa akan dikirim ke Jepang. Selama lima tahun, mereka bekerja sesuai perjanjian dan mendapatkan status Worker Keterampilan Khusus (SSW), selanjutnya mereka memiliki pilihan untuk kembali ke Indonesia, memperpanjang kontrak kerja, atau melanjutkan studi di Jepang.

Di depan para siswa, Wakil Menteri Fajar memberikan semangat sambil berbagi kisah pengalamannya sebagai anak dari seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

"Saya lahir dari orang tua yang berkorban. Ibu saya bekerja sebagai TKI saat saya masih duduk di bangku SD. Kini, melihat adik-adik yang memilih bekerja di Jepang, saya merasa melihat potongan masa lalu saya, perbedaannya adalah kali ini anak-anak pergi demi keluarga. Saya sangat menghargai perjuangan kalian, kalian layak mendapatkan kehidupan yang lebih baik," katanya dengan emosi.

Siti Najmi, salah satu calon pekerja migran, menyampaikan bahwa keputusannya mengikuti program ini adalah untuk mewujudkan harapan keluarga. “Saya ingin memberikan yang terbaik bagi keluarga. Saya ingin bisa membantu keluarga lebih banyak,” katanya.***

Lebih baru Lebih lama