
MediaHarianDigital.CO.ID- YOGYAKARTA.Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengakui bahwa jumlah penelitian yang berfokus pada isu kesetaraan gender, disabilitas, serta inklusi sosial (GEDSI) masih sangat sedikit.
Kepala Pengadaan Dana Penelitian dan Inovasi BRIN, Raden Arthur Ario Lelono menyampaikan bahwa dari total 1.600 judul penelitian yang didukung dana, hanya 25 yang memperhatikan isu tersebut.
Arthur menyatakan BRIN tidak membeda-bedakan penyandang disabilitas dalam proses pemberian dana penelitian. Namun, menurutnya masih dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk meningkatkan partisipasi peneliti disabilitas serta penelitian yang memiliki perspektif inklusif.
Menurutnya, pendekatan KONEKSI yang melibatkan kelompok rentan bisa menjadi contoh terbaik yang dapat diadopsi secara lebih luas.
“Kami melihat bahwa peran KONEKSI sangat menyeluruh dalam melibatkan para penyandang disabilitas. Oleh karena itu, kami termotivasi untuk memulai kolaborasi pendanaan (co-funding) bersama KONEKSI agar dapat memberikan kesempatan penelitian yang lebih luas dengan skema GEDSI,” ujar Arthur dalam acara tersebut.Knowledge and Innovation Exchange (KIE) Yogyakarta, Kamis (20/11).
Pernyataan itu muncul setelah empat peneliti dengan disabilitas menyampaikan tantangan yang mereka alami saat terlibat dalam penelitian, termasuk masalah partisipasi yang seimbang, aksesibilitas, serta pentingnya hubungan yang dibentuk dengan responden.
Pembicara menekankan bahwa penelitian yang inklusif hanya mungkin dilakukan jika para peneliti dengan disabilitas terlibat sepenuhnya sejak tahap perencanaan hingga analisis data.
Diskusi juga menyoroti kepentingan empat prinsip penelitian yang inklusif, seperti pengakuan, partisipasi, akomodasi, dan redistribusi.
Empat hal tersebut dianggap penting agar penelitian tidak hanya menghasilkan temuan, tetapi juga memberikan perubahan nyata bagi kelompok rentan yang menjadi fokus penelitian.