
Universitas Harvarddihadapkan pada ancaman privasi keamanan setelah pihakkampusmengungkap terjadinya pelanggaran keamanan pada sistem Urusan Alumni dan Pengembangan (Alumni Affairs and Development).
Serangan yang terjadi melalui penipuan berbasis suara atau voice phishing mengungkapkan data pribadi mahasiswa, lulusan, donatur, serta karyawan fakultas.
Universitas mulai mengirimkan pemberitahuan pelanggaran data kepada pihak yang terkena dampak pada 22 November 2025.
Wakil Presiden dan Chief Information Officer Universitas Harvard, Klara Jelinkova, serta Wakil Presiden Bidang Alumni, Jim Husson, menyatakan bahwa meskipun sistem telah diretas, para peretas tidak berhasil mengakses data keuangan penting.
Namun, menurut Jelinkova, fakta menunjukkan bahwa sejumlah besar "informasi biografis" telah terungkap. Artinya, data seperti alamat email, nomor telepon, alamat rumah, riwayat kehadiran acara, hingga detail donasi kini berada di tangan pihak yang tidak berwenang.
"Pada Selasa, 18 November 2025, Harvard mengungkapkan bahwa sistem informasi yang digunakan oleh Departemen Alumni dan Pengembangan diakses oleh pihak yang tidak berwenang akibat serangan phishing melalui telepon," demikian isi surat pemberitahuan tersebut, seperti dilaporkan Bleeping Computer, Selasa (25/11/2025).
Universitas menyatakan bahwa nomor Jaminan Sosial, kata sandi, dan data kartu pembayaran tidak tercantum dalam informasi yang bocor.
Meskipun informasi keuangan terlindungi, kebocoran data kontak tetap menimbulkan risiko yang sangat besar. Pihak Harvard mengingatkan bahwa para pelaku kejahatan bisa memanfaatkan data biografis tersebut untuk melakukan serangan lebih lanjut yang lebih meyakinkan.
Universitas meminta seluruh pihak yang mungkin terkena dampak agar waspada terhadap panggilan, pesan teks, atau email yang mengatasnamakan institusi tersebut, khususnya yang meminta pengaturan ulang kata sandi atau informasi rahasia.
"Universitas segera bertindak untuk menghapus akses penyerang dari sistem kami dan mencegah akses yang tidak sah selanjutnya," demikian tambah pernyataan resmi tersebut.
Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ancaman serangan siber terhadap lembaga pendidikan bergengsi. Universitas Harvard menjadi institusi Ivy League ketiga yang mengumumkan kebocoran data dalam sebulan terakhir. Sebelumnya, Princeton University dan University of Pennsylvania juga telah membenarkan adanya peretasan data para donatur mereka.
Saat ini, Harvard sedang bekerja sama dengan aparat hukum dan ahli keamanan siber dari pihak ketiga dalam melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kejadian ini.(Muhammad Diva Farel Ramadhan)