Apa itu Konferensi Meja Bundar (KMB)?
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah perundingan antara Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg – perwakilan negara-negara federal bentukan Belanda) yang berlangsung di Den Haag, Belanda, pada 23 Agustus – 2 November 1949.
Perundingan ini dilatarbelakangi oleh konflik bersenjata pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, termasuk Agresi Militer Belanda I dan II, serta tekanan internasional yang mendesak Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Hasil Penting KMB
- Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949.
- Kerajaan Belanda dan Indonesia menjalin hubungan Uni Indonesia–Belanda, bersifat kerja sama bebas.
- Masalah Irian Barat (Papua) belum diserahkan, tetapi dijanjikan untuk dirundingkan kembali setahun setelah KMB.
- Disepakati berbagai urusan keuangan, ekonomi, dan militer sebagai konsekuensi pemindahan kedaulatan.
Pentingnya KMB bagi Bangsa Indonesia
- Pengakuan Internasional Indonesia resmi diakui sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh, tidak hanya secara de facto (sejak Proklamasi 1945) tetapi juga de jure di mata dunia.
- Akhir Penjajahan KMB menjadi titik balik berakhirnya dominasi kolonial Belanda secara politik atas Indonesia.
- Fondasi Demokrasi Setelah kedaulatan diakui, Indonesia berkesempatan menyusun sistem pemerintahan sendiri, yang membuka jalan bagi penyelenggaraan Pemilu pertama 1955.
- Simbol Diplomasi KMB menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya lewat senjata, tetapi juga melalui diplomasi dan musyawarah di meja perundingan.
Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam KMB
Delegasi Indonesia (dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta)
- Drs. Moh. Hatta (Ketua Delegasi, Wakil Presiden RI)
- Prof. Mr. Supomo
- Prof. Mr. Soepomo
- Mr. Mohammad Roem
- Dr. Johannes Leimena
- Ali Sastroamidjojo
- Anak Agung Gde Agung
Delegasi Belanda (dipimpin oleh Dr. van Maarseveen)
- Dr. Dirk Stikker
- Mr. Jan Herman van Roijen
- Prof. Willem Drees (Perdana Menteri Belanda waktu itu mendukung jalannya KMB)
- Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg)
- Anak Agung Gde Agung (juga terlibat di sini sebagai wakil BFO)
- Sultan Hamid II (Pontianak) sebagai tokoh penting yang berperan dalam perundingan
Komisi PBB untuk Indonesia (United Nations Commission for Indonesia/UNCI)
Merupakan mediator dalam perundingan, memastikan proses berjalan adil.
Pentingnya KMB bagi Bangsa Indonesia
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia (27 Desember 1949).
Akhir penjajahan secara formal dan awal legitimasi Indonesia di dunia internasional.
Membuka jalan bagi sistem demokrasi, termasuk pemilu 1955 sebagai pemilu pertama.
Diplomasi sebagai strategi perjuangan, selain jalur revolusi fisik.